Israel tengah berjuang untuk memblokir roket-roket yang
menghantam daerah-daerah pusat penduduknya dengan menggelar sistem pertahanan
rudal Iron Dome guna mencegat roket-roket itu.
Hingga Rabu (9/7/2014) sore, sejak awal operasi bernama sandi
"Protective Edge", militer Israel mengatakan bahwa sejumlah rudal
dari sistem itu telah mencegat 56 roket yang ditembakkan dari Gaza. Pencegatan
itu telah mencegah serangan ke Jerusalem, Tel Aviv, Asdod, Askelon, Kiryat Gat,
dan di tempat-tempat lain.
Lebih dari 250 roket telah ditembakkan dari Gaza ke Israel pada
periode itu, kata militer Israel. Negara itu menggunakan sistem Iron Dome hanya
terhadap roket yang menuju daerah-daerah berpenduduk. Jika sebuah roket
tampaknya menuju sebuah daerah kosong, sistem itu tidak aktif.
Menurut CNN, sistem tersebut merupakan inti dari strategi
pertahanan Israel.
Bagaimana cara kerjanya?
Nama Iron Dome membangkitkan citra sebuah gelembung protektif di
atas kota. Dalam praktiknya, sistem itu menyasar roket-roket yang datang dan
menembakkan sebuah pencegat rudal demi menghancurkan roket-roket itu di udara.
Setiap perangkat peluncur punya sebuah radar pengendali tembak
untuk mengidentifikasi target. Sistem itu juga memiliki peluncur rudal
portabel. Iron Dome mudah diangkut, serta hanya butuh beberapa jam untuk proses
pemindahan dan pemasangan.
Menurut kelompok analisis keamanan IHS Jane's pada tahun 2012,
rudal Iron Dome sangat bisa bermanuver. Panjangnya hampir 10 meter, diameter
sekitar 6 inci (atau 15 cm), dengan berat 90 kilogram. Hulu ledaknya diyakini
membawa 11 kilogram bahan berdaya ledak tinggi. Jangkauannya mulai dari 4
kilometer sampai 70 kilometer.
Iron Dome dapat menghadapi banyak ancaman secara bersamaan,
dalam segala kondisi cuaca. Israel memuji terobosan teknologi dan sistem
radarnya.
"Radar mendeteksi peluncuran roket dan memberi informasi
mengenai jalurnya ke pusat kontrol, yang menghitung titik prediksi
dampak," kata militer Israel. "Jika memungkinkan pencegatan, sebuah
rudal ditembakkan untuk mencegat roket itu. Bahan peledak dari pencegat rudal
itu meledak di dekat roket, di tempat yang diperkirakan tidak akan menyebabkan
korban."
Bagaimana awalnya?
Israel mulai mengembangkan sistem yang berbasis darat tahun
2007. Setelah serangkaian uji coba terbang 2008 dan 2009, pengerahan pertama
sistem persenjataan itu terjadi di Israel selatan tahun 2011. Angkatan Udara
Israel melaporkan tingkat keberhasilan intersepsi 70 persen pada 2011, kata IHS
Jane's.
AS telah terlibat dalam pengembangan sistem itu. Awalnya, hanya
perusahaan teknologi pertahanan Israel, Rafael, yang mengembangkannya. Namun,
AS kemudian sangat mendukungnya.
Tahun 2014, Amerika Serikat menggelontorkan 235 juta dollar AS
untuk penelitian, pengembangan, dan produksi Iron Dome, seperti dikatakan
Congressional Research Service. "Ini merupakan sebuah program yang sangat
penting dalam hal memberikan keamanan dan keselamatan bagi keluarga
Israel," kata Presiden Obama tentang Iron Dome. "Ini merupakan
program yang telah diuji coba dan telah mencegah serangan rudal di dalam
Israel."
Setiap perangkat peluncur Iron Dome berbiaya 50 juta dollar AS,
kata IHS Jane's. Sementara itu, biaya satu rudal setidaknya 62.000 dollar AS,
menurut sejumlah pejabat Israel.
Berdasarkan laporan The Jerusalem Post, sejumlah negara lain
telah menyatakan minatnya untuk membeli sistem itu, termasuk AS, Korea Selatan,
dan beberapa negara NATO di Eropa.
0 komentar:
Posting Komentar