Minggu, 13 Juli 2014

Pelajaran Dari Kematian Ariel Sharon


yang tak terlupakan oleh kaum Muslimin sampai kapanpun adalah menghasut tentara Kristiani Phalengis Lebanon dan menyerang penghuni kemah pengungsian yang menyebabkan 4000 orang awam terbunuh
Siapa yang tidak kenal dengan Ariel Sharon, nama aslinya Ariel Scheinermann, lahir pada tahun 1928 di permukiman Yahudi Kfar Malal, ayahnya seorang sarjana Agronomi dan ibunya seorang dokter. Sejak muda Ariel Sharon sudah terlibat gerakan zionis. Ia dibesarkan di lingkungan militer. Sejak umur 14 tahun Sharon masuk militer dan dikader pasukan militer bawah tanah Yahudi.
Sejak tahun 1942 hingga tahun 1972 Ariel Sharon aktif di bidang militer, ia pernah menjadi penasehat keamanan Perdana Menteri Yitzhak Rabin (1975), dan pernah menjadi Menteri Pertanian pada masa Menachem Begin (1977). Pada tahun 1981 Ariel Sharon diangkat menjadi Menteri Pertahanan. Dialah “arsitek” peperangan Lebanon sejak 1982, menghancurkan infrstruktur PLO, pembantaian pengungsi Palestina di Shabra dan Shatila yang menewaskan ribuan umat Islam.
Pada tahun 2001 Ariel Sharon terpilih sebagai Perdana Menteri, mengalahkan Ehud Barak. Masa kekuasaannya Sharon mengejar habis-habisan kelompok pejuang Palestina dan mengklaim Yaser Arafat-lah sebagai penghalang bagi terciptanya perdamaian di Palestina. Gerakan Sharon melawan orang-orang yang dianggap teroris banyak mendapat dukungan dari Amerika Serika dan Eropa, dan menyusul terjadinya pengeboman Word Trade Centre (2001).
Selama masa kekuasaan Sharon, gerakan teror meningkat tajam, korban jiwa dan harta di Palestina tidak terhitung jumlahnya, dan bagi orang-orang Arab dan Islam menganggap Sharon sebagai penjahat perang dan “pembunuh massal”, sementara bagi orang-orang Yahudi dan Israel menganggap Sharon sebagai pahlawan nasional.
Jati diri seorang Yahudi nampak jelas pada Ariel Sharon sebagai orang paling benci terhadap Islam, sebagaimana dikatakan di dalam Alquran” Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum engkau mengikuti agama mereka (QS. Al-Baqarah: 120). Kebenciannya kepada Islam dan kaum muslimin tidak mengenal prikemanusiaan.
Bukankah Sharon pernah mengambil seorang bayi dari ibunya lalu melemparkannya ke dinding, dan dia menembaki sekumpulan keluarga setelah disuruhnya berbaris dengan teratur, dan kejahatan kemanusiaan Sharon yang tak terlupakan oleh kaum Muslimin sampai kapanpun adalah menghasut tentara Kristiani Phalengis Lebanon dan menyerang penghuni kemah pengungsian yang menyebabkan 4000 orang awam terbunuh dengan kejam. Sama halnya dengan pembantaian di Shabra dan Shatila, semua yang menjadi mangsa dan korban pembantaian Sharon adalah umat Islam.
Kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Sharon terhadap kaum Muslimin di Palestina dan Arab lainnya telah dirasakan pembalasannya ketika akhir-akhir hidupnya, dimana di usia senjanya Sharon mengalami koma terpanjang dalam sejarah, yaitu sejak tahun 2006.
Ariel Sharon tergeletak di rumah sakit bertahun-tahun. Menurut salah satu sumber yang dapat dipercaya, kematiannya setelah mengalami koma selama 8 tahun, organ-organ tubuhnya membusuk, penyumbatan di bagian otaknya menyebabkan kerusakan di bagian tubuhnya, ususnya membusuk, ia tidak sadarkan diri selama bertahun tahun, seakan-akan dia mayat hidup atau “mumi hidup” yang masih bernyawa tapi mati.
Tepatnya pada tanggal 11 Januari 2014 Ariel Sharon mengakhiri kehidupannya setelah mengalami penderitaan yang amat berat. Kematiannya tidak ditangisi oleh manusia, mayatnya seakan-akan tidak diterima oleh bumi. Maha benar Allah Swt yang telah berfirman di dalam Alquran: Maka tidak ditangisi oleh langit dan bumi akan kematiannya (QS. Ad-Dukhan: 29).
Ayat di atas menceritakan kematian Fir’aun yang sangat kejam terhadap kaumnya. Kata ‘baka’ diartikan menangis yang biasanya digunakan untuk perbuatan manusia. Sedangkan ayat di atas menceritakan bahwa langit dan bumi tidak menangis atas kematian Fir’aun. Oleh sebab itu, para pakar Tafsir mengatakan di dalam ayat tersebut terdapat kata sisipan yang diartikan penghuni langit dan bumi tidak merasa sedih atas kematiannya.
Kematian Fir’aun dan Ariel Sharon memiliki persamaan, dimana jasad Fir’aun tidak diterima oleh bumi, hingga saat ini jasad Fir’aun dimumikan dan masih utuh disimpan di Museum Tahrir-Cairo Mesir dan dapat disaksikan oleh manusia di dunia ini sebagai pelajaran bagi para penguasa yang zalim phobia terhadap Islam, diktator, tangan besi, bersukaria di atas penderitaan rakyatnya, dan sederet kejahatan kemanusiaan dilakukan oleh Fir’aun. Bacalah firman Allah Swt di dalam Alquran surat Yunus ayat 92: Maka hari ini kami simpan jasad mu (wahai Fir’aun) sebagai tanda (ayat) bagi orang hidup di belakang hari, akan tetapi kebanyakan manusia lalai terhadap ayat-ayat kami.
Akan halnya Ariel Sharon, meskipun kejahatannya tidak sampai menandingi Fir’aun yang mengangkat dirinya sebagai “Tuhan” tapi paling tidak kejahatan kemanusiaan yang dilakukannya mirip dengan apa yang dilakukan oleh Fir’aun ketika ia memerintahkan penyembelihan kepada pengikut Nabi Musa As.
Dan pembataian/pembunuhan terhadap seorang manusia sama dengan membunuh semua manusia, sebagaimana memelihara kehidupan seorang manusia sama dengan memelihara kehidupan semua manusia. Hal itu dikarenakan manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, antara satu dengan yang lain saling membutuhkan.
Allah Swt berfirman: Oleh sebab itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa-siapa yang membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di bumi ini, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia, siapa-siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia maka seakan-akan dia memelihara kehidupan semua manusia (QS. Al-Maidah: 32).
‘Ala kullihal, apapun yang dirasakan oleh Ariel Sharon menjelang akhir-akhir kehidupannya, belum setimpal dengan kejahatan yang dilakukannya dengan apa yang dirasakan oleh ribuan umat Islam yang menjadi korban pembantaian Ariel Sharon. Oleh sebab itu, azab dan siksa yang ditimpakan kepada Ariel Sharon menjelang kematiannya hanya merupakan “panjar azab” Allah di dunia ini dan di akhirat kelak dia akan menerima azab Allah seutuhnya. Allah Swt berfirman di dalam Alquran: Pasti kami rasakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar ( di akhirat) agar mereka kembali ke jalan yang benar (QS. As-Sajadah: 32).
Kata “merasa” di dalam ayat di atas, berarti menjadikan seseorang merasakan, baik dengan fisik maupun jiwanya. Apa yang dirasakan Ariel Sharon berdasarkan keterangan dokter ahlinya bahwa dia berada di bawah “kesadaran minimal” meskipun dalam keadaan koma, akan tetapi dia merasakan sakit dan mampu merespon ketika mendengar suara saudara-saudaranya dan orang yang memembesuknya.
Pendek kata, kematian Ariel Sharon merupakan pelajaran bagi penguasa tirani, dan pelajaran bagi siapa saja yang masih cinta kemanusiaan dan keadilan. Wallahua’lam bil ash-shawab ***** (H.M. Nasir, Lc., MA : Penulis:Pimp. Pondok Pesantren Tahfiz Alquran Al Mukhlisin Batubara dan Wakil Sekretaris Dewan Fatwa Pengurus Besar Al Washliyah )


0 komentar:

Posting Komentar


widgets