Pasca-pemungutan suara pemilu presiden 9 Juli 2014, publik
dihadapkan pada dua versi hasil hitung cepat atau quick count yang hasilnya
berbeda. Delapan lembaga survei menempatkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla
unggul dibandingkan rivalnya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Sementara itu,
empat lembaga survei lainnya menunjukkan hasil yang sebaliknya, Prabowo-Hatta
menempati urutan pertama.
Bagaimana sebenarnya sebuah lembaga membangun dan membuat
agar mesin quick count bekerja?
Anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia
Hamdi Muluk mengatakan, quick count atau Parallel Vote Tabulation (PVTs)
merupakan alat yang diadopsi dari The National Democratic Institute (NDI).
Hamdi menjelaskan, quick countadalah alat untuk mengetahui hasil pemilu secara
cepat dengan mengambil sampel di tempat pemungutan suara (TPS).
"Quick count bukan sekadar untuk tahu pemilu saja, tapi
juga sebagai perbandingan dengan hasil resmi KPU (Komisi Pemilihan Umum). Jadi
bisa dibilang ini adalah alat untuk mengawal demokrasi," kata Hamdi, saat
ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (10/7/2014) petang.
Berikut tahapan-tahapan kerja lembaga survei saat
melakukanquick count:
1. Menentukan sampel TPS
Langkah pertama membangun mesin quick count adalah
menentukan sampel TPS. Hamdi mengatakan, sampel TPS yang diambil harus diambil
secara acak dan representatif dengan mewakili karakteristik populasi di
Indonesia.
"Semakin besar jumlah sampel TPS yang diambil, semakin
kecil tingkat kesalahan atau margin of error," kata dia.
Sementara itu, Manajer Riset Poltracking Arya Budi juga
menyatakan, makin besar jumlah sampel yang diambil, makin akurat hasil yang
didapat. Dia juga mengatakan, metode acak (random sampling), terutama
multistage random sampling juga ikut menjadi penentu akurasi selain jumlah
sampel.
"Hampir semua quick count memakai metode pengacakan
sehingga persebaran merata dan proporsional. Kalau di luar pengacakan, hasilnya
bisa jadi berbeda meski jumlah sampelnya sama-sama 2.000 TPS," ujar Arya.
Dia menjelaskan, penentuan sampel di Poltracking dilakukan
di tingkat pusat. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, kata Arya, penentuan
sampel harus dilakukan mulai dari nasional, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, kelurahan, hingga TPS.
"Titik krusial quick count ini ada di sampling
(penentuan sampel). Semakin ketat melakukan sampling, semakin bagus (hasilnya).
Akurasi berbicara di level sampling," jelasnya.
Hamdi menambahkan, jumlah sampel TPS juga terkait dengan
alokasi dana yang dimiliki. Semakin banyak jumlah sampel, kata dia, semakin
besar pula dana yang dikeluarkan karena berkaitan dengan honor para relawan.
2. Merekrut relawan
Arya mengatakan, merekrut relawan adalah langkah kedua membangun
tahapan melakukan quick count, setelah menentukan sampel TPS. Para relawan ini
bertugas memantau TPS hingga rekapitulasi suara untuk kemudian mengirimkannya
ke pusat data.
Menurut Arya, dalam prosedur standar lembaganya, para
relawan direkrut berdasarkan asal kelurahan di mana sampel TPS berada.
Alasannya, para relawan bisa lebih mengetahui tantangan geografis dan sosial
wilayah TPS.
Selain itu, kata Arya, Poltracking juga membekali para
relawan dengan pelatihan mengenai quick count. Selain memberikan logistik,
relawan akan mendapat pengetahuan dan keahlian dari tutor di tingkat provinsi.
Poltracking juga menerapkan quality control dua lapis
terkait relawan. Pertama, ada spotchecker yang bertugas secara acak untuk
mengetes pengetahuan relawan mengenai quick count di TPS. Kedua, keberadaan
relawan harus diketahui oleh pihak Kelompok Panitia Penyelenggara Suara (KPPS)
setempat.
"Kami punya prosedur setiap relawan, kuesionernya
ditandatangani atau dicap oleh KPPS setempat sebagai bukti kalau dia ada di TPS.
Kita juga menyimpan nomor telepon KPPS kalau sewaktu-waktu dibutuhkan,"
terang dia.
Sementara itu, Hamdi mengatakan, komponen terbesar
pengeluaran uang dalam proses quick count memang membayar honor para relawan.
Arya juga mengakui, mesin quick count Poltracking
menggunakan alokasi dana yang besar. Namun, ia enggan menyebutkan besaran dana
yang dikeluarkan, termasuk besaran honor yang dibayar kepada setiap relawan.
3. Simulasi quick count
Setelah mesin quick count terbentuk, langkah selanjutnya
adalah menguji coba apakah mesin tersebut telah bekerja dengan baik. Arya
mengatakan, Poltracking melakukan simulasi quick countselama seminggu sebelum
pemilu presiden.
Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui letak kelemahan
mesinquick count. Dengan demikian, kata dia, human error dantechnical error
tidak terjadi pada hari-H.
"Quick count ini kami selenggarakan tidak main-main.
Kami ingin memastikan mesin itu bekerja sesuai prosedur dan metode yang ditentukan
pusat," ujar Arya.
4. Mengirim rekapitulasi ke pusat data
Hamdi mengatakan, para relawan yang memantau di setiap TPS
biasanya akan mengirim hasil rekapitulasi suara dalam formulir C-1 dengan
menggunakan layanan pesan singkat atau SMS. Mereka mengirimkan hasil
rekapitulasi ke pusat data.
"Setelah masuk ke data center, kemudian
ditabulasi," kata dosen di Departemen Psikologi UI itu.
Arya menambahkan, Poltracking juga menggunakan layanan call
center yang terdiri dari 50 orang yang berada di tingkat pusat. Penggunaan call
center itu, kata dia, bertujuan untuk menjemput data di lapangan yang terlambat
masuk.
5. Mengolah data dan menampilkan hasil
Setelah data lapangan masuk ke pusat data, maka data
tersebut akan diolah melalui perangkat lunak (software) yang dibuat oleh
programer. Hamdi mengatakan, lembaga survei yang relatif lebih mapan biasanya
memiliki software yang canggih untuk mengolah data.
Menurut Arya, Poltracking memiliki server pusat yang
melakukan rekapitulasi dan pengumpulan data. Proses pengolahan data dilakukan
dengan menerapkan ilmu statistik yang secara ilmiah dapat
dipertanggungjawabkan.
Hamdi mengatakan, data yang berasal dari lapangan akan terus
masuk dan puncaknya biasanya terjadi sekitar pukul 14.00 hingga 15.00.
Biasanya, kata dia, hasil quick count mulai stabil saat data yang masuk sudah
mencapai 80 persen.
"Makanya, meski data belum masuk semua, terkadang
lembaga quick count sudah mengumumkan hasilnya kepada masyarakat siapa yang
menjadi pemenang pemilu," kata dia.
0 komentar:
Posting Komentar