Minggu, 13 Juli 2014

Membongkar 'Keanehan' Quick Count SMRC-LSI yang Menangkan Jokowi-JK




Oleh Tras Rustamaji.
Tampaknya saya harus buat notes mengenai quick count ini karena ada beberapa teman yang minta penjelasan. Baiklah, saya tuliskan yang runut biar mudah dipahami.

Teman-teman facebook saat ini mungkin mengenal saya sebagai pendukung Prabowo. Ya memang betul saya memilih Prabowo, tapi lihat di timeline saya, saya tidak pernah melakukan kampanye hitam kepada siapapun. Tapi please untuk urusan data statistik tolong inget saya bukan sebagai pendukung capres, tetapi sebagai penikmat matematika, sebagai juara matematika semasa di sekolah dulu, peserta Olimpiada Matematika di Jerman. Karena itulah saya tertarik mengamati quick count ini.

Setiap pemilu saya tertarik untuk 'menilai' lembaga-lembaga survey dgn membandingkan ramalan vs hasilnya. Dan berikut ini yang ingin saya 'nilai'.

(gbr1)
Seperti terlihat dari data survey di atas, ada 16 lembaga survey yang menjagokan Prabowo dan 4 survey yang menjagokan Jokowi.  Lembaga Survey manakah yang paling akurat? Saya nggak mau nunggu sampai KPU selesai menghitung suara, saya percaya quick count. Dan saya pilih SMRC sebagai rujukan quick count kali ini. SMRC dalam quick count ini mengambil sejumlah 4000 TPS sebagai sample, yang mana sudah bisa dianggap cukup. Tapi bukan cuma nilai suara akhir yang dipajang di TV yang saya pantau, saya melototin data real time yang ditampilkan di http://www.komunigrafik.com/pilpres2014/stabilitas.php yang selalu update setiap ada data baru masuk.

Kurva stabilitas ini sangat penting dalam menilai hasil quick count sementara. Dengan memantau kurva stabilitas data, maka jelas terlihat volatilitas data, seperti terlihat pada grafik di bawah in yang saya capture pada pukul 13.05
(gbr2)

Seperti terlihat di atas, pada data awal Jokowi unggul 90%:10% di 6 tps pertama yang dimasukan datanya, kemudian berangsur-angsur turun sampai di titik sekitar 60-66 TPS di mana terjadi perpotongan kurva yang menandakan suara Prabowo:Jokowi 50:50.

Kemudian setelah data masuk 66-84 TPS suara prabowo sekitar 60%:40%. Hal ini sesuai dengan tweet dari @saifulmujani di bawah ini yang menyebutkan pada "Hasil QuickCount SMRC pukul 11:58 - PH 63.78% JJ 36.22%. Data masuk 1.65%."
(gbr3)
Dan selanjutnya Prabowo unggul terus dengan nilai yang masih variative, sampai pada pukul 13:05 di mana gambar kurva stabilitas suara di atas saya ambil. Dan saat itu sesuai dengan tweet smrc ,"Hasil QuickCount SMRC pukul 13:05 - PH 52.94% JJ 47.06%. Data masuk 13.78%."

(gbr4)
Pada saat itu sebetulnya kurva suara sudah mulai stabil di mana Prabowo unggul sekitar 53%:47% seperti tweet smrc pada jam 13.05 tsb, tetapi dengan margin error 6.5% (? yg benar margin error 0,62%), maka selisihnya 6% masih lebih kecil daripada margin error nya. Data yang masuk saat itu 13,78% (dari 546 TPS)

Pada saat itu sebetulnya saya sudah ingin mengambil kesimpulan bahwa Prabowo yang menang dengan melihat hasil quick count SMRC tsb karena seperti terlihat pada stabilitas suara sudah mulai datar, namun saya masih ingin menunggu data berikutnya supaya lebih yakin.

Tetapi sesuatu yang aneh terjadi. Pada saat grafik refresh terjadi (buat yang paham IT, ada AJAX call yang mengupdate data dan grafik) dan hasilnya berbalik 180 derajat, seperti pada gambar di bawah:
(gbr5)
Seperti terlihat pada gambar di atas pada jam 13:19 posisi suara sekarang adalah 47.3% : 52.7% untuk keunggulan Jokowi dengan jumlah suara masuk 17.65% dari sebelumnya 13.78%.

Hal tersebut berarti dalam waktu 14 menit tersebut ada tambahan data 3.87% atau sekitar 154 TPS. Dengan penambahan suara tersebut suara Prabowo turun sebesar 5.64% sedangkan suara Jokowi naik sebesar 5.64%!

Maka dugaan saya adalah data yang baru masuk adalah dari kantong-kantong Jokowi. Tetapi saya perhatikan data-data dari kantong Jokowi sudah masuk lebih dahulu seperti Papua, Sulawesi, Bali, Kalimantan, dan Indonesia Timur pada umumnya. Hal ini bisa dilihat dari peta berwarna merah yang mendominasi pada tahap awal quick count. Intinya SMRC harus terbuka mengenai data apa yang masuk pada pukul 13.05-13.19 tsb.

Dan yang lebih aneh sebetulnya adalah kurva stabilitas suara jadi berubah! Tidak ditemukan lagi posisi cross (persilangan) di mana Prabowo menyalib Jokowi dan terus unggul sampai data ke 546 seperti pada kurva sebelumnya (lihat gbr2), dan digantikan dengan kurva seperti di bawah ini:

(gbr6)


Kurva Stabilitas (2) menunjukan bhw Prabowo tdk pernah menyalip JKW --- padahal faktanya menyalip

Hal inilah yang membuat saya bingung. Seharusnya di dalam kurva stabilitas suara tetap menunjukkan adanya posisi di mana Prabowo sempat unggul pada rentang data 68-546 seperti pada gambar sebelumnya. Kenapa jadi hilang bagian kurva yang menyatakan Prabowo sempat unggul?  Apa penjelasan logisnya?

Saya tidak bisa memastikan, tetapi yang jelas ada 'koreksi' data terhadap data sebelumnya. Hal ini yang harus dibuka oleh SMRC. Tanpa keterbukaan akan menyebabkan spekulasi.

Ada satu lagi, tapi ini mungkin di luar metodologi dan statistik tetapi mungkin bisa mempengaruhi quality: seperti terlihat di tweet SMRC di bawah ini, sedianya quick count akan dimulai pukul 13:00 WIB tetapi ternyata pada pukul 11.33 sudah mulai menampilkan data.
(gbr7)
Karena kejanggalan pada Quick Count SMRC ini akhirnya saya harus menunggu hasil KPU untuk bisa meneruskan rencana saya untuk menilai lembaga survey yang saya sebutkan di atas.

Demikian tulisan saya ini semoga bermanfaat. Mohon koreksinya kalau ada yang salah. Terimakasih.

***

UPDATE1:

Setelah TERBONGKAR PENIPUANNYA, GRAFIK ITU DIRUBAH

BACA: Ketahuan Manipulasi, Hari ini Data Quick Count SMRC-LSI Diupdate! 


UPDATE2:

SETELAH DIRUBAH, KETAHUAN LAGI KALAU GRAFIK YANG DIRUBAH ADALAH "FAKE" ALIAS PALSU. AKHIRNA WEB GRAFIK ITU SEKARANG TIDAK BISA DILIHAT LAGI. GRAFIKNYA HILANG!

Ini capture GRAFIK SMRC-LSI HILANG ... http://www.komunigrafik.com/pilpres2014/stabilitas.php



0 komentar:

Posting Komentar


widgets